Step brother
“Coba saja” tantang Chenle
Jisung meletakkan makanan yang dia pegang tadi, meletakkannya di pantry dapur lalu berbalik menggendong Chenle seperti koala
Chenle sedikit terkejut sebenarnya, tangannya reflek mengalung di leher sang adik, tapi memang tujuannya untuk ini, yaitu menggoda sang adik tiri.
“Lepas dan duduk saja diam di sini, akan ku ambilkan makanan” titah Jisung karna kelakuan Chenle, pemuda manis itu tidak mau melepaskan Jisung saat Jisung hendak mendudukkannya di kursi, kakinya yang melingkar pada pinggang Jisung malah di eratkan
“Aku tidak mau makan, aku ingin di makan saja” ucapnya mengerling manja
“CHENLE, aku sedang tidak ingin bercanda”
“JISUNG, aku tidak sedang bercanda”
“Terserah mu, sekarang lepaskan aku” Ucapnya pasrah, kakaknya ini seperti bayi saja fikirnya
Chenle tersenyum dengan manik beningnya yang indah, bibirnya mendekat pada bibir Jisung, Jisung tidak menghindar bahkan saat Chenle meraup bibirnya
So. Jisung hanya diam dengan netra terbuka, dia tidak menolak tapi tidak juga membalas lumatan Chenle
Chenle meraup bibir Jisung atas-bawah secara bergantian, lidahnya masuk membelit lidah Jisung serta mengabsen deretan giginya
Seblah tangannya membuka 2 kancing kemeja atasnya, menampakkan tulang selangka yang begitu kentara
Lelah bekerja sendiri, Chenle melepas tautan mereka membuat benang saliva terbentang di antar bibir keduanya
“Sudah?” Tanya Jisung dengan wajah yang biasa saja, sangat biasa sampai Chenle di buat merinding sendiri
Tapi bukan Chenle namanya kalau tidak menggoda orang lain habis-habisan
“Kenapa kau tidak membalas hngg? apa aku kurang membuatmu bernafsu? apa aku kurang sexy? atau”
“Chenle Cukup!, aku hanya ingin makan dengan tenang jadi tolong hentikan semua ini”
“Kau bisa memakanku, aku tak akan menganggu mu”
“Chenle”
“Yesss Daddy?”
Shit
Jisung bisa gila, siapapun tolong jauhkan orang gila ini dari hadapan Jisung atau Jisung akan benar-benar menghabisinya agar dia bisa mengingatnya selama sisa hidupnya
“Kau gi- akhh”
Chenle terkekeh mendengarnya, dia baru saja meremas little Park di bawah sana membuat sang empu terlonjak kaget
“Owhhh... sepertinya Park kecil sedang kedinginan, makanya dia mengeras seperti batu” sindiran halus untuk Park
Sepatah kata, dua patah kata alias tulang punggung Chenle hampir patah karna Jisung
Pemuda Jangkung itu dengan tidak elitnya membanting Chenle dia atas meja makan berbahan kayu, Chenle sedikit meringis di buatnya namun tak lama saat tiba-tiba Jisung merangkak naik ke atas meja berhadapan langsung dengannya
“Chenle.. kau tau? Aku ini masih seorang dominan, aku bisa menghancurkan mu dalam sekejap, tak peduli jika kau itu adalah saudaraku” Suara bariton rendah itu membuat Chenle bergidik ngeri, kepalanya menoleh ke kiri sejenak kala Jisung memandangnya intens
“Hancurkan, hancurkan saja... aku akan menerimanya dengan senang hati” manik bening itu kembali menatap Jisung penuh damba, tangannya merambat naik pada surai kelam Jisung
Jisung tersenyum remeh, kakaknya ini berlagak sok berani sekali ternyata
“Kau yang memulai lebih dulu, maka jangan menyesalinya, aku tak akan berhenti walau kau menangis darah”
“lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, kau jadi terlihat seperti gentle man jika seperti ini, tidak seperti adik polosku yang kemarin”
Jisung terkekeh sejenak sebelum mengambil start, bibir senada Cherry itu di lahap dengan rakus, tangannya tak diam menganggur... satu tangan di gunakan untuk menumpu berat badan agar tidak menimpa kakaknya sedangkan tangan lainnya menjelajah pada lekukan tubuh Chenle
diam-diam Chenle tersenyum kemenangan, tangannya mengelus dada Jisung dari balik kaosnya, sedang mulutnya sibuk memangut
keduanya hanyut dalam ciuman panjang, daegal (peliharaan Chenle) menjadi satu-satunya oknum yang bisa melihat langsung pemandangan indah di pagi hari ini
anjing kecil yang lucu itu duduk di seblah kulkas, menyaksikan kelakuan kedua majikannya
“eunghhh” Jisung melepas tautannya, dia turun untuk duduk di salah satu kursi makan
“kemari” panggil nya menepuk paha, Chenle bangkit dari atas meja dan kini dia duduk di pangkuan Jisung
Jisung kembali memangut belah tipis itu, pinggang Chenle di peluk posesif, Ciuman menuntut itu turun beralih ke leher Jenjang sang submissif untuk memberinya tanda kepemilikan, kemeja oversize yang di kenakan Chenle sudah jatuh di lantai marmer dapur menyisakan celana pendeknya
“Akhhh” Chenle menjambak surai Jisung, kala pemuda jangkung itu menggigit terlalu kuat pada area sensitif nya
Jisung bangkit menggendong Chenle, kedua paha padat Chenle sedikit di remat, tubuh yang lebih mungil di dudukkan pada pantry dapur
Jisung memilin nipple pink yang sudah mencuat itu, lalu mulutnya ikut bermain dengan nipplenya, menyesapnya serta menggigit-gigit kecil
tangan satunya mencubit-cubit gemash seblah puting Chenle yang menganggur, sedangkan tangan lainnya sibuk meremat bongkahan bokong padat Chenle yang masih di balut Celana
“Jisung Stopphhh” suruh Chenle sedikit mendorong tubuh besar Jisung di hadapannya
“kenapa? kau mau berhenti setelah apa yang baru saja kau perbuat?” tanya nya sedikit tidak terima
“tidak, bukan begitu.. ayo pindah ke kamar, tak mungkin kan kau berfikir akan melakukan nya di dapur?”
“kenapa tidak? selagi bisa memuaskan ku, aku tidak keberatan” jawabnya enteng, baju kaos nya dia tanggalkan dan kembali mendekat pada Chenle, saat tangannya hendak membuka celana yang Chenle kenakan, Chenle kembali menahan tangannya
“tunggu, ayo ke kamar”
Jisung sedikit mendongak untuk menatap manik bening Chenle. Chenle yang duduk di pantry dapur yang tinggi membuatnya harus mendongak
“kita ke kemar tapi nanti” setelah berucap, Jisung langsung melepas paksa celana Chenle, tanpa persetujuan sang empu
“ini kecil sekali” komentar Jisung menggenggam penis Chenle, Chenle merapatkan kedua kakinya, pipinya memerah padam, dia sedang malu heyyyyy
padahal beberapa menit yang lalu, dia yang gencar menggoda Jisung.
“kenapa malu?”
“SIAPA JUGA YANG MALU???!”
“pipi mu merah”
” i-itu karna dapur ini sangat panas dannn AKHHH.... Jisung sialan” Chenle menarik tengkuk Jisung, menciumnya secara brutal guna menghilangkan rasa malunya
'Dia yang menggodaku, dia juga yang malu' dalam hati Jisung tertawa mengejek
tangan Chenle turun untuk membuka Celana Jisung, saat Celana itu sudah tanggal kini jemari lentiknya menggoda milik Jisung
'Besar' batinnya kelewat jujur
penis Jisung di kocok pelan, sesekali dia bermain di ujung (kepala penis) Jisung, batang yang sudah tegang itu kini bertambah menjulang tinggi
ini jauh lebih besar dari yang Chenle bayangkan, besar dan urat-urat nya begitu menonjol, bahkan milik partner Chenle sebelum nya kalah jauh
terlalu banyak berfikir, Chenle bahkan tidak sadar jika saat ini wajahnya sudah berhadapan langsung dengan penis Jisung
“lakukanlah apa yang harusnya kau lakukan” Chenle duduk di lantai dengan kedua lutut menumpu pada lantai marmer, sedang Jisung duduk di kursi meja makan, pemuda itu mengangkangkan kaki nya di depan wajah Chenle
perlahan tapi pasti, Chenle menggenggam kembali batang itu, sedikit menjilat ujung kepalanya, lalu memasukkan ke dalam mulut kecilnya
Penis itu tidak masuk sepenuhnya karna ukurannya yang terbilang tidak main-main, maju-mundur begitu seterusnya, penis yang tidak muat masuk di kocok dengan tangannya.
“Arghhhh shittt, nikmat sekali” geraman rendah Jisung saat Chenle menambah temponya
Pinggulnya ikut di goyangkan maju mundur berlawanan dengan blowjob Chenle
Tak kuasa menahan nafsu yang meledak-ledak, Jisung menjambak surai Chenle, memaju mundurkan kepalanya guna menambah tempo
Chenle bahkan beberapa kali tersedak, kepala penis Jisung menabrak tenggorokannya,
sebelum Jisung cum, Chenle mengeluarkan penis Jisung lebih dulu dari mulutnya, sehingga cairan precum itu berhamburan di lantai serta dada Chenle
Chenle kembali bangkit mengambil posisi di atas Jisung, mengecup sejenak bibir si dominan lalu sedikit mengangkat bokongnya, bokongnya sejajar dengan penis Jisung yang sudah kembali berdiri tegap
Bokongnya kembali merendah, bisa dia rasa penis Jisung menyentuh analnya
“Apa ini yang pertama bagimu?” Tanya Jisung, Chenle menggeleng
“Bagus. Seharusnya ini tidak akan terasa sangat sakit bila kau sudah pernah melakukan sebelumnya”
Chenle tidak mengindahkan perkataan Jisung, dia fokus dengan penis Jisung yang akan memasuki analnya.
“AKHHHH” Jeritan Chenle melengking di seluruh penjuru ruangan, Jisung dengan tidak berperasaan nya langsung menarik pinggul Chenle kebawah, melesakkan penisnya yang langsung habis di lahap anal sempit milik Chenle
“apa sakit?” Jisung mengernyit
“Sialan! Ini sangat sakit... Kurasa anal ku sobek karna milikmu” marahnya manatap Jisung sinis tbc-
Sorry gantung, sebenarnya ini mau aku pub di WP, tapi lain kali aja... jadi lanjutnya di WP awokawokssss. mksh udh mau baca cerita gajelas ini :))