Heat

pkl 17 : 07 menandakan malam akan tiba begitupun kegiatan sekolah yang telah usai dari setengah jam yang lalu, Jisung baru akan bergegas pulang seusai bermain basket, koridor sudah terlihat sepi, hanya ada cahaya matahari sore yang menerangi dari celah-celah dinding

satu yang membuat Jisung menukikkan kening, si alpha tak yakin jika yang di dengar barusan adalah suara desahan, desahan itu berasal dari salah satu kelas hanya tebakan Jisung saja

awalnya dia acuh tak acuh, tapi koridor yang sudah kosong membuat suara desahan itu makin terdengar nyaring

oh? apa seseorang tengah mating di sekolah? benak si alpha bertanya-tanya

entah itu seseorang yang tengah mating atau hanya hantu yang sedang ingin bermain-main dengan Jisung, peduli setan dengan hal itu, insting binatangnya menuntun Jisung ke arah sumber suara

tungkainya melangkah pelan, berusaha tidak menimbulkan sedikitpun suara

klekkk pintu ruang kelas terbuka, Jisung mendorongnya sedikit, feromon beraroma khas omega langsung menguar menusuk indra penciuman si alpha

aroma vanilla Jisung menjepit hidungnya karna aroma manis itu membangunkan sisi alphanya, netra kelamnya menelisik seisi ruangan namun tidak ada orang sama sekali

hingga saat tubuhnya akan berbalik pergi, desahan itu kembali mengalun, desahan serta rintihan seperti sedang kesakitan, entahlah Jisung tak mau tau, tungkainya melangkah memasuki ruangan tak lupa menutup kembali pintu kelas itu

Jisung membatu, tatapannya jatuh pada seorang lelaki berparas cantik

Oh damn!!

apa yang di lakukan omega ini? duduk bersimpuh di samping meja guru, dengan air mata berderai, kulitnya terlihat merah padam serta tiga kancing seragam yang sudah di tanggalkan

Jisung tidak begitu bodoh untuk mengetahui bahwa lelaki ini sedang dalam masa heat

dengan nyali tinggi, si alpha memberanikan diri berjongkok di hadapan si omega yang masih setia menunduk

“hey?? apa kau butuh bantuan?” tanya Jisung pelan, kepala si omega perlahan mengadah, kini Jisung bisa melihat dengan jelas wajah manis itu

“eughhh.. t-tolong ahh— netra bening itu di linangi air mata, wajahnya begitu sayu, kulitnya yang putih kini berubah warna menjadi merah, Jisung meringis melihatnya —supresantthh”

Fakkk batin Jisung mengumpat, di mana dia bisa mendapatkan pil itu? Jisung sangat kasihan melihat omega di hadapannya ini, Jisung tentu mengenal si omega, walau hanya beberapa kali bertegur sapa dengannya

“apa kau sedang heat? maaf tapi aku juga tak tau di mana bisa mendapatkan pil itu, setauku tak ada yang menjualnya di sekitaran sekolah” ucapnya panjang lebar sambil menahan nafsu birahinya, sisi alphanya mengaung di dalam sana, tapi Jisung cukup tau diri untuk tidak menyentuh Chenle tanpa izin darinya

“t-tolong eughh”

“baiklah.. aku akan mengantarmu pulang, katakan saja di mana alamat mu”

“ahh- tolong sentuh aku hmm”

apa-apaan??

“kumohon” wajah memelasnya terpampang, terlihat tulus memohon, Jisung jadi tidak tega

“baiklah, tapi aku tidak janji akan berlaku baik padamu” mendengar penuturan si alpha, senyum Chenle terbit

Jisung mengangkat Chenle, terlihat begitu mudah seolah bobot tubuh Chenle sepantaran dengan anak bayi

di dudukannya sang submissif di atas meja guru, lalu dengan tergesa meraup plum merahnya

“anghhh” desahan lirih Chenle mengudara, lengannya tersampir di bahu kokoh Jisung, sementara di bawah sana Jisung mulai menanggalkan seragam submissifnya

keduanya berciuman panas di dalam kelas yang sudah mulai menggelap, saling bertukar saliva, membelit lidah satu sama lain

kala seragam Chenle sudah tanggal, Jisung ikut menanggalkan seragamnya tanpa melepaskan tautan belah keduanya

kecipak basah terdengar memenuhi ruangan, ciuman Jisung turun ke leher, lalu turun ke dada, puting merah muda yang sudah mencuat di gigit gemas, sedang puting seblah tak di biarkan menganggur, tangannya dengan gencar memelintir puting Chenle hingga si empu mendesah frustasi

puas dengan kedua puting si omega, Jisung melucuti celana sekolah serta dalaman Chenle yang menutupi kebanggaannya, ugh.. penis kecil itu terlihat membengkak dan basah

tangan besarnya menggenggam penis itu lalu mengocoknya dengan tempo pelan, mengundang desah halus si submissif, Jisung menggigit cuping Chenle, membuat nafsu Chenle kian menggebu-gebu

“ughhh Jisunggg- fastherrr ahh ahh” tempo kocokan pada penis Chenle meningkat, hingga tak lama kemudian Chenle mencapai pelepasan pertamanya

tubuh ringkih itu jatuh pada bahu si dominan, separu tenaganya terkuras habis

“apa kau sudah lelah? ini baru pemula, aku bahkan belum memasukimu”

“Of course not, let's continue” kepalanya mengadah, mengecup rahang tegas si dominan, Jisung lantas terkekeh lalu menurunkan celananya hingga mata kaki, dirinya duduk pada kursi guru

“come here dear”

lantas dengan segenap tenaga yang di milikinya, Chenle beranjak dari atas meja, duduk pada pangkuan dominan, penis Jisung terlihat sudah mengeras, mengacung seolah tengah menantang dunia

keduanya kembali berciuman panas, tangan Jisung sesekali meremas bokong Chenle, kini ciuman keduanya lepas

“lakukan sendiri” titah Jisung

Chenle menggenggam batang berurat itu lalu sedikit mengangkat bokongnya, menggesek kepala penis Jisung pada lubang beceknya, sebelum-

Jlebbb

“Ahh~” —masuk menerobos, tubuhnya naik turun menunggangi penis Jisung, desahan Chenle menyatu dengan geraman rendah Jisung

“Arghhh- lubangmu sangat sempit, penisku seperti di remat kuat” keluh Jisung kenikmatan, karna dinding rektum Chenle menjepit penisnya dengan kuat

“Ahhh- yeahhh Jisunghh ahh ahh” Chenle tak pernah menyangka bahwa dirinya akan bercinta dengan sang adik kelas, sungguh di luar nalar, akrab saja tidak, sekalinya bertemu malah bercinta

“ohh yeahh.. jiii di sana engghhh”

di sana rupanya Jisung memegang kedua sisi pinggang Chenle, membantu Chenle menaik turunkan tubuhnya, pinggang Jisung ikut bergerak, tempo keduanya semakin kencang, titik manis Chenle di tumbuk dengan telak

“Jii— enghhh i cum”

“bersama sayang”

tiga tumbukan terakhir, keduanya keluar bersamaan, cairan precum Jisung keluar di dalam diri Chenle

“ahhh-” kepala Chenle kembali jatuh pada bahu Jisung, nafas keduanya terengah-engah, tak terasa hari sudah malam.

Completed