creepy
“di mana ibu mu?”
tak ada angin tak ada hujan, Chenle baru saja memulai pembicaraan dan itu benar-benar sangat menakjubkan
aku yang baru saja berganti pakaian menghampiri Chenle yang duduk di tempat tidurku
“ibu ku sedang pergi, ada urusan sebentar katanya”
“kau di tinggalkan seorang diri di sini?”
“iya, seperti yang kau lihat”
Hening kembali melanda, Chenle mengamati isi kamar ku, sedang aku mengamati dia dalam diam
“eumm apa kau lapar? ingin makan?” tanyaku canggung
“tidak”
“baiklah, apa kau ingin berganti pakaian? aku punya beberapa yang mungkin cocok dengan mu”
“tidak”
“baiklah” aku kembali terdiam mengamati Chenle yang berkeliling kamarku, melihat ini itu tanpa ekspresi
“kau pernah berciuman?” kali ini aku bungkam, bulu kudukku meremang
“hey? aku bertanya”
“kenapa kau bertanya tentang itu?”
“hanya penasaran karna kau punya banyak foto seperti ini” ujarnya memperlihatkan padaku selembar polaroid bergambar sepasang kekasih yang sedang bercumbu
itu dia ambil dari meja belajar ku, sungguh aku sangat malu, lupa membereskan isi kamarku, dengan cepat aku berdiri merebut foto-foto tersebut dan beberapa majalah -ekhem- dewasa
itu wajar kan?
aku memasukkannya ke dalam laci meja, mengusap peluh yang bercucuran di pelipis.
“kau??”
“ehehe... kau tau kan? kau juga lelaki, dan ekhem aku akan melakukan i-itu saat aku sedang...”
“ya aku tau, kau juga belum menjawab pertanyaan ku sebelumnya”
“pertanyaan yang mana?”
“kau pernah berciuman?”
pertanyaan itu kembali dia lontarkan, aku menggaruk tengkukku yang sejujurnya tidak gatal
“y-ya”
“dengan?”
“mantanku”
“wanita?”
“tentu saja heyyy, kau fikir aku pacaran dengan pria? yang punya hal sejenis? gila saja!”
“kenapa memangnya jika berhubungan dengan pria?”
“itu menjijikkan”
“bagaimana jika aku menyukaimu? kau akan marah?”
Reflek keningku bertaut tak suka saat Chenle bertanya seperti itu, aku ini seorang homophobia dan candaannya sungguh sangat konyol
“haha... jangan bercanda Chenle, jika benar aku akan menendang mu keluar dari rumahku
“benarkah?”
“ya”
“lalu bagaimana jika aku melakukan....”
ucapan Chenle menggantung, dia berjalan lebih dekat pada Jisung, Jisung reflek mundur hingga pinggangnya menubruk sisi meja belajar
“C-chenle.. kau mau apa?” seketika Jisung menciut, rasanya aura negatif sedang mengelilinginya
fikirannya kalang kabut, Chenle di hadapannya terlihat lebih mengerikan di banding sebelumnya, netra yang tadinya begitu berkilau bak permata kini seakan berubah menjadi api
Chenle tiba di hadapan Jisung, kakinya menjinjit dengan kepala mengadah.
keterkejutan Jisung bertambah dua kali lipat, degup jantungnya memompa begitu cepat, jantungnya nyaris jatuh ke lutut, netra sipitnya di paksa terbuka lebih lebar
benda kenyal yang menempel di bibirnya terasa begitu lembut memangut, CHENLE MENCIUMNYA.. bukan sekedar mencium dalam arti ciuman singkat saja
Jisung merasa jijik, ingin mendorong Chenle lalu memukulnya hingga babak belur, namun entah kenapa tubuhnya tak bisa bergerak, otaknya seolah berhenti bekerja, bahkan konyolnya dia ikut membalas ciuman Chenle
tanpa sadar kedua tangan Jisung naik pada pinggang kecil Chenle, merematnya dengan gemas, membuat sang empu mendesah
bibir Chenle terasa berbeda dengan wony -mantannya- jika bibir wony terasa manis, bibir Chenle terasa manis pahit bercampur asin
apa karna mereka sama-sama pria?
entahlah Jisung tak bisa berfikir dengan jernih saat tangan Chenle naik mengalung pada lehernya, lidahnya melesak masuk mengabsen deretan gigi Jisung, menyapu langit-langit mulut itu dan membelit lidah satu sama lain, nafas keduanya bersahutan.
ini gila, sangat gila, Jisung di buat kalut
bersamaan dengan Chenle yang melepaskan tautan mereka, ponsel Jisung yang berada di atas kasur berbunyi, menandakan ada telpon masuk.
Malu bercampur resah, Jisung berjalan untuk mengambil ponselnya, sedang Chenle hanya menatapnya sambil bersidekap dada
“HALO?!!” suara dari sebrang sana membuat kuping Jisung hampir tuli, dia segera mematikan speaker telponnya
“ya halo? ini dengan siapa?”
“aku Lami”
“oh ya? ada apa? kau sudah mau datang?”
” tadinya begitu, tapi tadi di grup kelas.. katanya belum ada yang sekelompok denganmu”
“Hah?”
“siapa teman sekelompok mu selain aku?”
Jisung gugup, karna kejadian tadi kini sekedar mengucap nama Chenle pun terasa sulit, dia sedikit menjauh, menuju balkon agar Chenle tak mendengarnya
“dengan Chenle, kenapa?”
“Hah?!! kau jangan bercanda Jisung” kini kening Jisung kembali bertaut bingung
“aku sedang tidak bercanda, memangnya ada apa?”
“di kelas kita tak ada yang namanya Chenle”
“ahaha... apa kau sedang bercanda?” Jisung tertawa canggung, berucap seperti membisik sambil mencuri pandang pada Chenle yang masih menatapnya datar
“aku serius, dulu memang ada yang namanya Chenle, tapi 3 bulan yang lalu dia meninggal karna bunuh diri di sekolah”
perasaan Jisung berkelana, terkejut dan takut tiba secara bersamaan, tapi sebisa mungkin dia berfikir positif, mungkin saja Lami sedang menjahilinya dengan melakukan prank bersama dengan Chenle
“hahaha... tak usah menakut-nakuti ku Lami, bahkan sekarang aku dan Chenle sedang bersama”
”...”
“halo?”
“apa dia sedang ada di samping mu?”
“tidak, dia jauh dariku”
“Run... Jisung!!! run..!!!”
“hey? ada apa? kau ini kenapa jadi tidak jelas sekali” jujur saja, Jisung sudah berkeringat dingin saat ini
“aku bilang lari!! sebelum kau di bunuh, Chenle itu sudah tak ada, dia sudah mati karna dia gay, dan seorang yang dia sukai adalah seorang homophobia hingga saat di ketahui, semua orang langsung mem-bully-nya tak terkecuali orang yang di sukainya, dan akhirnya dia bunuh diri karna itu” jelas Lami panjang lebar dengan cepat dari sebrang sana
”...”
“kalau kau tidak percaya, cari saja beritanya di internet” Jisung buru-buru memutuskan panggilan, lalu membuka website untuk memastikan ucapan Lami
Jantung Jisung terasa berhenti berdetak, Jisung mengambil nafas dalam-dalam lalu membuka artikel yang berjudul Seorang Remaja Menengah Atas Bunuh Diri Saat Di Ketahui Bahwa Dia Gay Dan Menjadi Korban Bully
isi artikel dengan yang di sampaikan Lami benar-benar persis, Jisung nyaris melompat saat melihat foto Jasad yang terlihat mirip dengan Chenle.
??? bukankah sudah jelas
dengan cepat dirinya menoleh hanya untuk mendapati wajah pucat setengah rusak dengan mata kelam yang menatapnya tajam, begitu dekat hingga Jisung jatuh tak sadarkan diri.
Completed